Sebuah insiden serupa juga terjadi bulan Juni lalu di kota Jiexiu, Provinsi Shanxi, Tiongkok Utara. Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Li telah dipukuli dan dipaksa makan kotoran oleh tiga anak di bawah umur, yang berusia 11-12 tahun.
Seperti kejadian sebelumnya, insiden ini tersebar luas melalui rekaman video. Dalam video tersebut, Li terlihat duduk di tanah dengan kotoran di tangannya. Ia terbatuk-batuk saat memasukkan kotoran ke mulutnya.
Ketika Li mencoba memuntahkan kotoran tersebut, ia menjadi takut dan panik, menyatakan bahwa ia akan menelan kotoran itu. Sayangnya, video tersebut diunggah secara langsung oleh para pelaku perundungan, yakni ketiga anak di bawah umur ini.
Pihak berwenang mengatakan bahwa pelaku tidak dihukum berdasarkan hukum karena masih di bawah umur. Namun, menurut aturan hukum yang berlaku, jika ada siswa di bawah umur yang bertanggung jawab atas insiden yang menyebabkan cedera pada orang lain, wali sah mereka wajib menggantikan tanggung jawab tersebut dengan memberikan kompensasi sesuai aturan.
Aturan ini juga berlaku ketika ada kasus perundungan di sekolah, di mana wali sah dari pelaku harus bertanggung jawab hukum atas dampak yang timbul. Dalam kasus Li, ia menerima kompensasi sebesar 45.000 yuan atau sekitar Rp97 juta.
