Berita tentang kematian Beirut dan kisahnya dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Arab, terutama di Lebanon. Banyak orang menggunakan media sosial untuk mengekspresikan kesedihan dan duka mereka atas kepergian Beirut.
“Di Gaza, satu anak terbunuh setiap 10 menit,” kata Direktur Save the Children untuk wilayah Palestina, Jason Lee kepada The Washington Post.
“Save the Children memperkirakan sekitar 1.000 anak masih terperangkap di bawah reruntuhan.”
Kru pertahanan sipil di Gaza memberitahu Middle East Eye bahwa kehancuran begitu luas dan pengeboman terjadi terus-menerus, sehingga mereka terpaksa meninggalkan mayat-mayat di bawah reruntuhan dan hanya fokus untuk mengevakuasi orang-orang yang masih hidup.
Pertahanan sipil memperkirakan bahwa ada ratusan orang yang tewas di bawah bangunan yang runtuh.
Beirut diberi nomor 251 ketika Kementerian Kesehatan Palestina merilis nama-nama mereka yang tewas antara tanggal 7 dan 26 Oktober.
Beberapa orang menulis di media sosial bahwa Beirut dan anak-anak Palestina lainnya yang tewas tidak boleh hanya diingat sebagai angka, melainkan kisah mereka harus diceritakan dan diingat selamanya.
“Beirut Abu Shamala adalah seorang gadis cantik dari Gaza, dia dinamai demikian karena dia lahir pada hari ledakan di Beirut pada tanggal 4 Agustus. Israel membunuhnya. #Gaza_Genosida,” tulis pemilik akun @MalekNetero.