Militer Israel dilaporkan mengisolasi Gaza utara, menggempurnya dengan serangan udara pada Senin (6/11/2023). Langkah itu disebut sebagai persiapan pertempuran darat dengan Hamas dalam fase perang yang dikhawatirkan lebih berdarah.
Otoritas kesehatan Gaza pada Senin mengumumkan bahwa total warga Palestina yang tewas akibat perang Hamas Vs Israel sejak 7 Oktober telah mencapai 10.022 orang dan 4.104 di antaranya adalah anak-anak.
Perang yang diawali dengan serangan Hamas ke Israel selatan itu dengan cepat tercatat sebagai babak paling mematikan dalam konflik Israel-Palestina sejak berdirinya Israel 75 tahun lalu. Israel sendiri telah bersumpah akan menyingkirkan Hamas dan menghancurkan kemampuan militer mereka.
Jumlah korban diperkirakan akan meningkat tajam ketika perang berubah menjadi pertempuran kota.
Media Israel telah melaporkan bahwa pasukan akan segera memasuki Kota Gaza.
“Kami mendekati mereka,” ujar juru bicara militer Israel Letkol Richard Hecht, seperti dilansir AP, Selasa (7/11/2023). “Kami telah menyelesaikan pengepungan, memisahkan benteng Hamas di utara dari selatan.”
Beberapa ratus ribu orang diyakini masih berada di wilayah utara Gaza. Militer Israel mengatakan koridor satu arah bagi penduduk Kota Gaza dan sekitarnya untuk mengungsi ke selatan masih tersedia. Namun, banyak yang takut menggunakan jalur tersebut, yang sebagian dikuasai oleh pasukan Israel.
Dalam beberapa hari terakhir, serangan udara telah menghantam fasilitas PBB, di mana ribuan orang berlindung, serta rumah sakit, yang kewalahan menangani korban luka dan kehabisan pasokan listrik.
Sebuah serangan pada Senin pagi menghantam atap Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, menewaskan sejumlah pengungsi yang berlindung di lantai paling atas dan menghancurkan panel surya, kata Mohamed Zaqout, manajer umum semua rumah sakit di Gaza. Panel-panel tersebut telah membantu menjaga listrik tetap menyala di fasilitas tersebut, yang telah dikurangi menjadi hanya menggunakan satu generator karena kekurangan bahan bakar.
Ghassan Abu Sitta, seorang ahli bedah di Rumah Sakit al-Shifa, mengatakan kepada AP bahwa gedung rumah sakit berguncang sepanjang malam akibat pengeboman tersebut.
“Kami mulai mengevakuasi mayat dan korban luka. Itu sangat mengerikan,” ujarnya.