Analisis atribusi cuaca menunjukkan bahwa selama rentang waktu tersebut, 5,7 miliar orang terpapar setidaknya 30 hari suhu di atas rata-rata, yang kemungkinan terjadi oleh pengaruh perubahan iklim setidaknya tiga kali lipat lebih besar, atau level tiga pada Indeks Pergeseran Iklim.
Paparan tersebut melibatkan hampir seluruh populasi Jepang, Indonesia, Filipina, Vietnam, Bangladesh, Iran, Mesir, Ethiopia, Nigeria, Italia, Prancis, Spanyol, Inggris, Brasil, Meksiko, serta Karibia dan seluruh negara di Amerika Tengah. Selama rentang waktu ini, lebih dari 500 juta orang di 200 kota mengalami panas ekstrem, dibandingkan dengan suhu harian dalam 30 tahun norma.
“Rekor akan terus terjadi tahun depan, terutama ketika El Nino semakin meningkat yang memperlihatkan dampak panas yang tidak biasa pada miliaran orang. Meskipun dampak iklim paling parah terjadi di negara-negara berkembang di garis khatulistiwa, kita juga menyaksikan gelombang panas ekstrim yang dipicu oleh perubahan iklim di AS, India, Jepang, dan Eropa, menekankan bahwa tidak ada yang aman dari perubahan iklim,” jelas Dr. Andrew Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central.
“Memang ada faktor alam seperti fenomena El Niño, atau posisi matahari yang mendekati Bumi, tetapi aktivitas manusia yang paling banyak memengaruhi kenaikan suhu global ini,” ujar Prof. Edvin Aldrian, Peneliti BRIN sekaligus Penulis Laporan IPCC.