Pada tahun 2021, Qatar yang dikenal sebagai negara kaya gas, yang menjadi tuan rumah biro politik Hamas di ibu kotanya dengan restu AS, menjanjikan pendanaan tahunan sebesar USD 360 juta untuk Jalur Gaza.
Namun, Doha membantah memberikan bantuan keuangan kepada Hamas.
“Tanpa kecuali, seluruh bantuan Qatar sepenuhnya dikoordinasikan dengan Israel, pemerintah AS, dan PBB,” kata seorang pejabat Qatar kepada AFP. “Semua barang seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar melewati Israel sebelum memasuki Gaza.”
Pekan lalu, pemimpin negosiator dan diplomat Qatar Abdulaziz Al-Khulaifi, mengindikasikan bahwa pendanaan emirat itu untuk Jalur Gaza akan terus berlanjut.
Pada Oktober, Washington menjatuhkan sanksi terhadap 10 anggota utama Hamas. Namun, memusnahkan Hamas sepenuhnya dinilai tidak mungkin dilakukan.
“Prospek kehancuran total keuangan Hamas dalam jangka panjang tidaklah realistis,” ujar Davis. “Anda bisa mengganggunya, Anda bisa mengeluarkan pemain-pemain kunci, Anda bisa meminimalkan sumber dana, tapi jaringan, infrastruktur akan selalu ada dan jika grup tersebut masih memiliki pendukung, mereka bisa memiliki pengaruh untuk membantu.”
Gal berpendapat keuangan Hamas erat kaitannya dengan masa depan Jalur Gaza.
“Ketika perang berhenti dan kehidupan normal kembali berjalan, pertanyaannya adalah: apakah seluruh sistem pembiayaan ini akan dilanjutkan atau diubah?” kata Gal. “Jalur Gaza sekarang menjadi salah satu kamp pengungsi yang besar. Siapa yang akan bertanggung jawab menyediakan makanan, air dan tempat berlindung bagi para pengungsi ini, Hamas atau organisasi lain, mekanisme lain?”
Hamas Dianggap Kuat Secara Keuangan, Mampu Bertahan dalam Konflik dengan Israel
