Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengumumkan dalam pertemuan Kabinet pada hari Selasa bahwa aliansi nuklir yang kuat antara Korea Selatan dan Amerika Serikat akan segera dibentuk.
Kelompok Konsultasi Nuklir bertanggung jawab untuk berbagi informasi tentang rencana operasi senjata nuklir dan strategis serta operasi gabungan, meskipun AS akan tetap mengendalikan operasi senjata nuklirnya. Pembentukan kelompok ini merupakan bagian dari upaya AS untuk meredakan kekhawatiran Korea Selatan terhadap provokasi Korea Utara serta mencegah Seoul agar tidak menjalankan program nuklirnya sendiri.
Sejak tahun 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba rudal balistik yang melanggar larangan PBB. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan persenjataan nuklir dan mendapatkan konsesi yang lebih besar dari AS. Hingga kini, Korea Utara masih dapat menghindari sanksi internasional baru karena China dan Rusia melawan upaya AS dan negara lain untuk memperketat sanksi PBB terhadap negara tersebut.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengungkapkan bahwa Tokyo sedang berkoordinasi dengan Washington dan Seoul untuk mengatur pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu untuk membahas peluncuran terbaru Korea Utara. Jepang berusaha membuat dewan tersebut memenuhi peran yang diharapkan.
AS dan Korea Selatan telah memperluas latihan militer mereka, memperkuat kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang, dan meningkatkan penempatan sementara aset militer AS di Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa Korea Selatan, AS, dan Jepang mulai melaksanakan pembagian data peringatan rudal secara real-time terkait Korea Utara dan menetapkan rincian latihan trilateral mereka pada tahun-tahun mendatang.
Korea Utara melihat peningkatan kemitraan AS-Korea Selatan-Jepang sebagai ancaman keamanan dan pada saat yang sama berupaya memperkuat hubungan dengan China dan Rusia.
Korea Utara diduga menerima teknologi senjata canggih dari Rusia sebagai imbalan atas pasokan senjata konvensional untuk mendukung Rusia dalam perang Ukraina.
“Peningkatan kerja sama dan berbagi informasi oleh sekutu akan menjadi alasan utama bagi rezim Kim Jong Un untuk fokus lebih besar pada program senjatanya,” kata pakar dari lembaga konsultan LMI yang berbasis di Virginia dan mantan analis CIA, Soo Kim.