Berita  

Kesaksian Dokter Australia Mengenai Tingkat Kematian dan Cacat Anak-anak Gaza Akibat Serangan Israel yang Sangat Mencemaskan

Seorang dokter asal Australia yang mengoordinasikan bantuan medis ke Jalur Gaza mengungkapkan kengeriannya atas dampak serangan Israel. Natalie Thurtle membantu mengawasi respons Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas hingga pekan lalu. Dia mengatakan sangat menantang bagi rekan-rekannya yang mencoba memberikan layanan kesehatan ketika ada kemungkinan untuk ditembak melalui jendela rumah sakit.

Ketika jumlah warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza melampaui angka 20.000, Thurtle menekankan tidak mungkin untuk memberikan tanggapan yang berarti terhadap bencana ini karena aktivitas militer terus berlangsung. “Semakin banyak pasien yang terdampak situasi ini setiap harinya … orang-orang tidak mempunyai tempat yang aman untuk dituju,” kata Thurtle dalam wawancara dengan Guardian Australia, seperti dilansir Sabtu (23/12/2023).

Thurtle, seorang dokter emergensi medik yang biasanya berbasis di Tasmania, berada di Yerusalem Timur dari awal November hingga pekan lalu untuk membantu mengoordinasikan operasi medis MSF di Jalur Gaza. Dia melakukan kontak sehari-hari dengan dokter di wilayah itu saat mereka merencanakan respons layanan kesehatan. Dia menggambarkan situasinya sangat kacau dan sangat sulit dikelola. “Beberapa rumah sakit yang masih beroperasi penuh dengan pasien dan pengungsi internal,” ujar Thurtle. “Keadaannya semakin tidak aman, sebagaimana dibuktikan dengan serangan terhadap Rumah Sakit Nasser beberapa hari lalu … dan sekarang Rumah Sakit al-Awda dikepung oleh pasukan Israel.”

Thurtle mengatakan antara 150 dan 200 pasien tiba di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza Tengah setiap hari, “Namun, sekitar sepertiga dari pasien tersebut meninggal saat tiba, rasanya sangat sulit karena banyak dari mereka adalah anak-anak.” “Dari pembicaraan dengan rekan-rekan dan melihat gambar-gambar yang mereka lihat, jumlah anak-anak yang dibunuh atau diamputasi dalam konflik ini sangatlah ekstrem,” tutur Thurtle. “Sayangnya, ada banyak informasi yang salah mengenai hal ini, namun itulah yang kita saksikan di lapangan – bahwa ada banyak sekali anak-anak yang dibunuh atau cacat seumur hidup akibat konflik ini.”

Rekan Thurtle, Chris Hook, yang merupakan pemimpin tim medis MSF di Jalur Gaza, turut menggambarkan kengerian yang dialami anak-anak Palestina sana. Para dokter di Rumah Sakit Nasser, kata dia, melangkahi jenazah anak-anak yang meninggal untuk merawat anak-anak lain yang nantinya akan meninggal. Thurtle mengatakan MSF angkat bicara karena merasa mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan apa yang dilihat dan dialami stafnya, mengingat ada banyak sekali komentar dari orang-orang yang tidak menyaksikan langsung apa yang terjadi di lapangan. “Saya pikir kami telah dituduh kehilangan netralitas selama konflik ini, namun penting untuk dicatat bahwa melaporkan apa yang disaksikan secara langsung sebagai petugas kesehatan tidak berarti hilangnya netralitas,” tegasnya.