Setidaknya 68 orang tewas akibat serangan Israel di kamp pengungsi Maghazi di Deir al-Balah, Gaza tengah, kata otoritas kesehatan pada Minggu (24/12/2023), sementara jumlah tentara Israel yang tewas dalam pertempuran selama akhir pekan meningkat menjadi 17 orang. Menurut perhitungan awal rumah sakit, ke-68 korban jiwa termasuk sedikitnya 12 perempuan dan tujuh anak-anak.
“Kami semua menjadi sasaran,” kata Ahmad Turokmani, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya termasuk putri dan cucunya. “Lagi pula, tidak ada tempat yang aman di Gaza.”
Perang Hamas Vs Israel terbaru yang dimulai sejak 7 Oktober, telah menghancurkan sebagian wilayah Gaza, menewaskan sekitar 20.400 warga Palestina, dan membuat hampir seluruh penduduk wilayah itu yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi. Meningkatnya jumlah korban tewas di kalangan pasukan Israel – 156 orang sejak serangan darat dimulai – disebut dapat mengikis dukungan publik terhadap keberlangsungan perang.
Sebagian besar warga Israel masih mendukung tujuan negara tersebut untuk menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta pembebasan sisa sandera. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional atas serangan Israel dan melonjaknya angka kematian serta penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan warga Palestina di Jalur Gaza.
“Perang ini menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kami, namun kami tidak punya pilihan selain terus berperang,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dalam pidato yang disiarkan secara nasional di televisi, Presiden Israel Isaac Herzog mengimbau negaranya untuk tetap bersatu.
” Momen ini adalah sebuah ujian. Kami tidak akan pecah atau berkedip,” ujarnya. Ada kemarahan yang meluas terhadap pemerintahan Netanyahu, yang banyak dikritik karena gagal melindungi warga sipil saat serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober dan mempromosikan kebijakan yang memungkinkan Hamas memperoleh kekuatan selama bertahun-tahun.
“Military Israel mengklaim pihaknya telah menyelesaikan pembongkaran markas bawah tanah Hamas di Jalur Gaza Utara, bagian dari operasi untuk menghancurkan jaringan terowongan yang luas dan membunuh para komandan penting yang menurut para pemimpin Israel akan memakan waktu berbulan-bulan.
Di lain sisi, upaya menuju negosiasi, dilaporkan terus berlanjut. Pemimpin Jihad Islam Palestina, Ziyad al-Nakhalah, disebut berada di Mesir untuk tujuan itu. Kelompok militan tersebut, yang juga ambil bagian dalam serangan 7 Oktober, mengatakan pihaknya siap mempertimbangkan pembebasan sandera hanya setelah pertempuran berakhir. Beberapa hari sebelumnya, pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Kairo untuk upaya serupa.