Rencana tersebut diduga masih dalam tahap awal dan terlihat sulit untuk menarik minat kedua belah pihak. Saat ini belum ada konfirmasi dari Israel terkait proposal Mesir dan Qatar.
Di lapangan, Israel terus melakukan serangan udara di Jalur Gaza selama Natal. Serangan tersebut menyebabkan kematian sedikitnya 100 warga Palestina dalam waktu 12 jam.
Para ahli mencatat bahwa kabinet perang Israel, yang sedang di bawah tekanan untuk memulangkan tawanan yang tersisa, terpecah dan mungkin kesulitan menerima beberapa persyaratan kesepakatan.
“Salah satu tantangannya adalah gencatan senjata versus penghentian/perdamaian,” kata profesor resolusi konflik di Universitas George Mason, Mohammed Cherkaoui.
“Palestina ingin gencatan senjata penuh. Israel mendengarkannya sekadar gencatan senjata dan jeda.”
Cherkaoui menambahkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga harus menarik diri dari misinya untuk memberantas Hamas.
“Di satu sisi (Netanyahu) masih melakukan negosiasi secara tidak langsung dengan Hamas, namun di saat yang sama impian utamanya adalah memberantas Hamas,” ungkap Cherkaoui.
“Dia hidup di dua dunia yang berbeda dan dia perlu menyatukannya.”
Seorang diplomat Barat, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan kepada Associated Press bahwa Netanyahu dan pemerintahannya yang agresif kemungkinan besar tidak akan menerima proposal tersebut secara utuh.