Banjir di bagian selatan Thailand telah menewaskan setidaknya enam orang dan berdampak pada puluhan ribu rumah tangga. Informasi ini dikonfirmasi oleh pihak berwenang pada Rabu (27 Desember).
Banjir yang dimulai pada 22 Desember telah melanda lebih dari 70.000 rumah di provinsi Satun, Songkhla, Pattani, Yala, dan Narathiwat, kata pejabat daerah.
Enam orang termasuk seorang wanita berusia 89 tahun dan seorang balita tewas di Narathiwat, kata wakil gubernur provinsi Preecha Nualnoi kepada AFP.
Satu orang lagi masih hilang setelah hujan lebat berhari-hari, yang memicu banjir setinggi sekitar 3 meter di beberapa tempat, katanya, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (27/12/2023).
Tayangan media lokal menunjukkan jalan-jalan terendam banjir berlumpur dan warga berlindung di atap rumah.
Tim bantuan bekerja pada malam hari untuk membagikan air kemasan dan makanan ringan serta memeriksa bangunan apakah ada kerusakan atau korban jiwa.
Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana Thailand mengatakan ketinggian air telah berkurang pada Rabu pagi.
Beberapa layanan kereta api di provinsi Narathiwat, yang berbatasan dengan Malaysia, telah dibuka kembali setelah beberapa hari ditutup karena penurunan permukaan tanah, kata wakil gubernur Preecha.
Musim hujan di kerajaan ini biasanya menyebabkan banjir besar setiap hari selama berbulan-bulan, namun para ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia dapat membuat curah hujan menjadi lebih deras.
Pada tahun 2011, banjir besar menewaskan ratusan orang dan merusak jutaan rumah di seluruh negeri.