Sebelumnya dilaporkan bahwa kandidat presiden yang tidak setuju perang di Ukraina dilarang untuk maju pemilihan umum 2024 di Rusia. Penolakan itu datang dari komisi pemilihan dengan alasan ada seratus “kesalahan” di formulir politisi tersebut.
Sosok politisi tersebut adalah Yekaterina Dunstova yang dulunya merupakan seorang jurnalis TV. Ia berniat menantang Presiden Vladimir Putin di pemilu berikutnya.
Vladimir Putin dapat maju lagi sebagai capres meski sudah berkuasa selama 20 tahun lebih sebagai presiden dan perdana menteri. Hal ini karena ada perubahan konstitusi Rusia.
Dilaporkan BBC, Minggu (24/12), Duntsova berkata pihaknya akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung di Rusia karena pelarangan ini.
Kepala komisi pemilihan di Rusia, Ella Pamfilova, berharap agar penolakan ini bisa menjadi pelajaran positif bagi Dunstova.
“Kamu adalah wanita muda, kamu punya segalanya di depanmu. Segala minus selalu bisa berubah menjadi plus. Setiap pengalaman tetap merupakan sebuah pengalaman,” ujar Pamfilova.
Jika tahap formulir ini lolos, maka seharusnya Duntsova melanjutkan ke tahap pengumpulan tanda tangan.
Yekaterina Duntsova berkata dirinya tidak takut terhadap aksi penolakannya dalam menjadi capres Rusia.
“Setiap orang waras yang mengambil langkah ini akan takut, tetapi ketakutan tidak boleh menang,” ujarnya kepada Reuters.
Duntsova terkenal karena suaranya yang keras untuk menghentikan perang di Ukraina, serta membebaskan para tahanan politik.
Komisi pemilihan Rusia menyebut sudah ada 29 orang yang mendaftar menjadi presiden, tetapi hingga kini hanya Vladimir Putin yang lolos untuk menjadi capres.
Pemilu Rusia berikutnya akan digelar pada Maret 2024. Ini akan menjadi pemilu pertama di negara itu sejak Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina.