portalberitamerdeka.co portal update harian berita tentang kriminal, artis, trend, olahraga, geopolitik, partai gerindra, prabowo subianto
Berita  

Pemerintah Israel Terpecah Belah dalam Menentukan Masa Depan Jalur Gaza

Pemerintah Israel Terpecah Belah dalam Menentukan Masa Depan Jalur Gaza

Perselisihan di Pemerintahan Israel Terkuak, Perseteruan di Kabinet

Liputan6.com, Tel Aviv – Perseteruan di pemerintahan Israel terkuak ketika para anggota kabinet berdebat mengenai rencana masa depan Jalur Gaza dan bagaimana menangani penyelidikan terhadap kegagalan keamanan seputar serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Menteri Keuangan Israel yang berhaluan kanan, Bezalel Smotrich, menggambarkan pertemuan kabinet keamanan pada Kamis (4/1/2024) sebagai diskusi penuh badai. Sementara mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan serangan bermotif politik telah diluncurkan.

Perpecahan dalam koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini terjadi saat perang antara Hamas dan Israel memasuki bulan ketiga. Jika pemerintahannya runtuh, Israel kemungkinan akan menghadapi pemilu baru, di mana Netanyahu diprediksi dapat dikalahkan.

Sementara itu, rencana untuk tahap selanjutnya dari perang di Jalur Gaza dan masa depan wilayah itu pasca perang dibeberkan oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant dalam dokumen tiga halaman berjudul “Day After”.

Gallant menggambarkan “pendekatan tempur baru” dengan fokus berkelanjutan untuk menargetkan para pemimpin Hamas di bagian selatan Jalur Gaza. Di Gaza Utara, dia mengatakan serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan mencakup “penggerebekan, penghancuran terowongan teror, aktivitas udara dan darat, serta operasi khusus”.

Setelah perang, militer Israel akan mempertahankan kebebasan operasional untuk bertindak di Jalur Gaza dan Israel akan terus melakukan pemeriksaan barang-barang yang memasuki wilayah tersebut.

Gallant, anggota Partai Likud yang berhaluan kanan-tengah pimpinan Netanyahu, menuturkan bahwa ketika tujuan perang telah tercapai maka tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel di Jalur Gaza. Dia juga meluncurkan konsep satuan tugas multinasional pimpinan Amerika Serikat (AS) yang bertugas melakukan rehabilitasi Jalur Gaza.

Namun, rencana Gallant tidak memberikan banyak rincian mengenai pemerintahan masa depan di Jalur Gaza dengan hanya mengatakan bahwa entitas yang mengendalikan wilayah Palestina akan memanfaatkan kemampuan aktor-aktor lokal yang tidak bermusuhan, yang sudah ada di Gaza.

Menurut sebuah sumber, seperti dilansir CNN, Sabtu (6/1), rencana itu memicu diskusi berapi-api. Usai jeda pertemuan, kata sumber tersebut, Menteri Perhubungan Miri Regev melancarkan serangan.

“Setelah jeda, Miri Regev kembali dan meluncurkan pertarungan yang bocor ini,” kata sumber tersebut.

Regev, yang juga anggota Likud, tidak menanggapi permintaan komentar.

Adapun Gantz, oposisi yang bergabung dengan kabinet perang pasca 7 Oktober, mengatakan, “Apa yang terjadi kemarin adalah serangan bermotif politik di tengah perang. Saya berpartisipasi dalam banyak rapat kabinet – tindakan seperti itu tidak pernah terjadi dan tidak boleh terjadi.”

Dia tidak mengatakan siapa yang melancarkan serangan itu, namun dia mengkritik Netanyahu.

“Kabinet seharusnya membahas proses-proses strategis yang akan memengaruhi kelanjutan serangan dan keamanan kita di masa depan. Hal itu tidak terjadi dan perdana menteri bertanggung jawab atas hal itu,” tutur Gantz, sambil mendesak Netanyahu untuk memilih antara persatuan dan keamanan di satu sisi dan politik di sisi lain.

Partai Likud balik mengecam Gantz.

“Selama perang, ketika rakyat bersatu, Gantz diharapkan bertindak secara bertanggung jawab dan berhenti mencari alasan untuk mengingkari janjinya untuk tetap berada dalam pemerintahan persatuan hingga perang berakhir,” sebut pernyataan Likud.

Gantz secara luas dianggap sebagai penerus Netanyahu jika pemilu diadakan.