Keberhasilan perbandingan Houthi pada Senin menimbulkan pertanyaan apakah aliansi angkatan laut AS-Inggris di lepas pantai Yaman harus melakukan serangkaian serangan lebih lanjut atau bahkan mempertimbangkan untuk bekerja sama secara aktif dengan pasukan darat dari Dewan Kepemimpinan Presidensial Yaman (PLC) yang diakui PBB yang berbasis di Aden.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan serangan terhadap Houthi yang dilakukan pada 11 Januari dimaksudkan sebagai “aksi tunggal terbatas” dan bukan serangkaian serangan berkelanjutan.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia berharap Houthi akan mundur setelah respons yang diperlukan dan proporsional, namun Sunak menambahkan Inggris tidak akan ragu melindungi keamanan dan kepentingannya.
“Kami tetap siap mendukung kata-kata kami dengan tindakan,” tegasnya.
Sebelumnya pada Senin, badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris melaporkan sebuah kapal tak dikenal telah menghalangi dua kapal kecil yang ingin naik ke kapal tersebut. Pada hari yang sama, Komando Pusat AS mengatakan bahwa dua jam sebelum serangan terhadap Gibraltar Eagle, sebuah rudal jelajah yang ditembakkan dari daerah yang dikuasai Houthi gagal terbang dan mendarat di laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
Pada Minggu (14/1), sebuah jet tempur AS juga menembak jatuh rudal jelajah milik Houthi yang ditembakkan dari wilayah Houthi dan ditujukan ke kapal perusak AS USS Laboon.
Sumber-sumber di Yaman mengatakan warga telah mendengar ledakan di dekat pelabuhan Hodeidah, yang menyiratkan bahwa AS dan Inggris terus melakukan operasi dalam upaya untuk memadamkan ancaman yang ditimbulkan oleh rudal Houthi. Banyak serangan pada 11 Januari ditujukan ke Hodeidah.