Sebuah dokumen intelijen Israel mendorong beberapa negara untuk menghentikan dana ke badan bantuan PBB untuk Palestina memuat tuduhan bahwa beberapa staf terlibat dalam penculikan dan pembunuhan selama serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza.
Dokumen berisi tuduhan terhadap sekitar 190 pegawai UNRWA, termasuk guru, yang dituduh pernah bertugas sebagai militan Hamas atau Palestinian Islamic Jihad/PIJ (Jihad Islam). Dokumen tersebut memiliki nama dan gambar untuk 11 di antaranya.
PBB belum secara resmi menerima salinan dokumen tersebut, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Senin (29/1).
Palestina menuduh Israel memalsukan informasi untuk mencemarkan nama baik UNRWA, dan mengatakan bahwa Israel telah memecat beberapa staf dan sedang menyelidiki tuduhan tersebut.
Dokumen tersebut menyebutkan bahwa salah satu dari 11 orang tersebut adalah seorang konselor sekolah yang membantu putranya menculik seorang wanita selama infiltrasi Hamas di mana Israel mengatakan 1.200 orang terbunuh dan 253 orang diculik.
Seorang lainnya, seorang pekerja sosial UNRWA, dituduh terlibat secara tidak spesifik dalam memindahkan jenazah tentara Israel yang terbunuh ke Gaza dan mengoordinasikan pergerakan truk pikap yang digunakan oleh para perampok dan suplai senjata.
Orang Palestina ketiga dalam dokumen tersebut dituduh mengambil bagian dalam kekerasan di Desa Beeri di perbatasan Israel, di mana sepersepuluh penduduknya terbunuh. Orang keempat dituduh berpartisipasi dalam serangan di Reim, sebuah pangkalan militer yang dikuasai dan pesta seks yang menewaskan lebih dari 360 orang.
Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan Ketua UNRWA Philippe Lazzarini harus mundur. “Pegawai UNRWA ikut serta dalam pembantaian pada 7 Oktober,” katanya.
Lazzarini harus mengambil kesimpulan dan mengundurkan diri.