Hubungan antara Rusia dan Tiongkok memiliki banyak aspek, termasuk kepentingan perdagangan, pertahanan, dan geopolitik. Namun, di balik itu, terdapat sengketa wilayah yang sudah lama berlangsung dan kadang-kadang melemahkan kerja sama kedua negara.
Pulau Bolshoi Ussuriysky, yang terletak di pertemuan sungai Ussuri dan Amur, telah menjadi sumber perselisihan antara Moskow dan Beijing selama beberapa dekade. Dikenal sebagai Heixiazi dalam bahasa China, pulau seluas 135 mil persegi ini telah menjadi pusat konflik klaim.
Baru-baru ini, China menerbitkan peta resmi yang mengejutkan. Peta tersebut menegaskan klaim atas wilayah sengketa di sepanjang perbatasan selatan dengan India dan bahkan mencakup Taiwan. Yang paling mencolok adalah klaim atas seluruh Pulau Bolshoi Ussuriysky, mengabaikan kesepakatan bilateral yang membagi pulau tersebut antara Rusia dan Tiongkok.
Kementerian Luar Negeri Rusia segera menolak klaim tersebut. Juru bicara Maria Zakharova menegaskan bahwa sengketa wilayah sudah diselesaikan lebih dari 15 tahun yang lalu melalui perjanjian bilateral. Zakharova menyoroti pentingnya menjaga hubungan yang stabil dan menyelesaikan sengketa perbatasan secara damai.
Meskipun kedua negara secara terbuka menyatakan tidak memiliki klaim bersama, masih ada ketidakpercayaan yang tersimpan. Kekhawatiran strategis Rusia meliputi tekanan demografi Tiongkok yang meluas ke seberang perbatasan, persaingan sumber daya, dan ketegasan Beijing di wilayah tersebut. Moskow bertindak dengan hati-hati, menjaga keseimbangan kerja sama dengan kewaspadaan.
Sengketa wilayah antara Rusia dan Tiongkok tetap menjadi isu rumit yang memerlukan diplomasi yang cermat dan kepatuhan pada perjanjian yang telah disepakati.
