Operasi militer dan rusaknya tatanan sosial telah sangat menghambat distribusi bantuan, sementara produksi pangan di Jalur Gaza sendiri sangat terdampak perang Hamas Vs Israel, di mana pertanian, toko roti, dan pabrik hancur atau tidak dapat diakses.
Cara tercepat dan paling efektif untuk menyalurkan bantuan ke wilayah kantong tersebut dinilai tetap via darat. Namun, lembaga bantuan mengatakan pembatasan yang dilakukan Israel berarti hanya sedikit bantuan yang bisa masuk.
Program Pangan Dunia (WFP) harus menghentikan sementara pengiriman via darat setelah konvoi mendapat tembakan dan penjarahan. Sementara bantuan via udara berubah menjadi mematikan pekan lalu setelah lima orang dilaporkan tewas tertimpa paket bantuan, yang parasutnya gagal berfungsi.
PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan hampir tidak bisa dihindari di Jalur Gaza tanpa tindakan segera. Sementara itu, Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menuduh Israel menciptakan bencana buatan manusia dan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Israel dengan keras membantah pihaknya bersalah atas kekurangan pangan di Jalur Gaza karena mereka mengaku mengizinkan bantuan masuk melalui dua penyeberangan di selatan. Sebaliknya, mereka menyalahkan lembaga-lembaga bantuan atas kegagalan logistik.
Negosiasi untuk gencatan senjata di Jalur Gaza sedang berlangsung pada Jumat. Israel dilaporkan menolak proposal gencatan senjata terbaru Hamas.
Hamas menuturkan pihaknya memberikan para mediator sebuah visi komprehensif mengenai gencatan senjata, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut hal itu tidak realistis.
Perang terbaru di Jalur Gaza dimulai setelah Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang. Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyebutkan, lebih dari 31.400 orang tewas di Jalur Gaza sejak itu.