portalberitamerdeka.co portal update harian berita tentang kriminal, artis, trend, olahraga, geopolitik, partai gerindra, prabowo subianto
Berita  

Tiga WNI di Australia Mengalami Kesulitan Puasa Ramadhan di Tengah Panas 2024, Nyaris Pingsan dengan Durasi Puasa yang Meningkat

Tiga WNI di Australia Mengalami Kesulitan Puasa Ramadhan di Tengah Panas 2024, Nyaris Pingsan dengan Durasi Puasa yang Meningkat

Melbourne – Ini adalah kisah beberapa warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Australia ketika menjalani ibadah puasa Ramadhan 2024.

Ryan Zuhri, seorang warga Indonesia yang bekerja di bidang konstruksi di Australia Selatan, mengatakan bahwa puasa tahun ini lebih menantang daripada tahun-tahun sebelumnya.

“Pada hari Selasa [awal Ramadan], suhu mencapai 36 atau 34 derajat Celsius dan tidak ada angin,” kata Ryan seperti dilaporkan dari ABC Indonesia, Senin (18/3/2024).

“Dekat pingsan saya.”

Dengan suhu yang panas, melakukan pekerjaan berat, dan kewajiban berpuasa, Ryan mengakui bahwa ia harus bijaksana dalam mengatur waktu istirahat.

“Jika saya mulai merasa agak pusing, saya akan berhenti sejenak, kemudian mulai lagi, begitu seterusnya, berhenti lagi,” kata Ryan.

“Jika memang harus bekerja dengan penuh tenaga dan tidak bisa berpuasa.”

Meskipun musim panas di Australia sudah berakhir, namun beberapa tempat seperti Adelaide dan Melbourne masih mencatat suhu tinggi di siang hari yang dapat mencapai 20 derajat Celsius di atas suhu rata-rata.

Beberapa wilayah pedalaman bahkan memiliki suhu terendah hingga 40 derajat Celsius, sehingga masih terdapat peringatan kebakaran hutan.

Suhu terpanas di Adelaide, ibu kota Australia Selatan, tercatat pada hari Sabtu minggu lalu (9/03), yang mencapai 40 derajat Celsius. Oleh karena itu, hingga 1 Ramadan yang jatuh pada Selasa kemarin (12/3), suhu udara tetap tinggi sekitar 36 derajat Celsius.

Namun Ryan merasa beruntung karena bosnya juga seorang Muslim, yang juga sedang menjalani puasa.

“Ia lebih memahami,” katanya.

“Ketika saya mengatakan, ‘Maaf, saya harus berhenti sejenak, saya mulai merasa pusing’, ia berkata, ‘Oh ya, berhenti saja … tidak apa-apa, duduk saja.'”

Meskipun terpapar sinar matahari, Ryan memutuskan untuk tetap puasa meskipun ia tahu ada pilihan untuk tidak melakukannya.

Keputusan ini berbeda dengan dua teman kerjanya yang memilih untuk tidak berpuasa pada hari itu.

“Jika seperti kemarin saya hampir pingsan, sebenarnya saya boleh berbuka. Karena saya sudah menyakiti diri sendiri, begitu kan?” katanya.

“Tapi jika saya berpikir, ‘Ah tidak apa-apa, saya istirahat dulu, saya mencoba dulu’ dan ternyata bisa, itu lebih baik.”