Pada hari Jumat, Katz mengkritik pemerintah Spanyol dengan menyoroti masa sejarah abad pertengahan saat Semenanjung Iberia diperintah oleh Islam.
“Pemahaman Islam radikal sebenarnya dapat dipelajari dari 700 tahun pemerintahan Islam di Al-Andalus – sekarang Spanyol,” ujar Katz.
Pernyataan Katz menuai kritik dan ejekan di media sosial karena kurang akurat dalam pengetahuan sejarahnya.
Pada tahun 711 M, panglima perang Bani Umayyah Tariq ibn Ziyad menyeberangi Selat Gibraltar dengan 7.000 tentara, memulai kekuasaan muslim selama delapan abad di Spanyol.
Andalusia, wilayah muslim di Spanyol, menjadi pusat arsitektur, matematika, perdagangan, dan sastra. Kota Cordoba, salah satu kota terpadat di Eropa saat itu, menjadi rumah bagi polymath muslim Ibn Rusyd dan filsuf Yahudi Maimonedes.
Berbeda dengan pandangan Katz tentang “Islam radikal”, pemikir muslim seperti Ibn Rusyd dari Andalusia dianggap sebagai jembatan antara pemikiran Islam dan Barat. Mereka menerjemahkan filsafat Yunani dan memengaruhi Renaisans dan Pencerahan Eropa.
Orang-orang Kristen dan Yahudi tinggal di wilayah muslim di Spanyol, banyak di antara mereka menduduki jabatan di istana dan kalangan intelektual. Andalusia dianggap sebagai tempat yang relatif aman bagi orang Yahudi dibanding wilayah lain di Eropa saat itu.
Di Inggris, orang-orang Yahudi diusir pada tahun 1290 dan baru diizinkan kembali setelah 366 tahun.
Ketika Granada, kota muslim terakhir di Spanyol, jatuh pada tahun 1492, umat Islam dan Yahudi dipaksa masuk agama Kristen oleh Inkuisisi Spanyol atau meninggalkan negara tersebut.
Banyak orang Yahudi yang melarikan diri menetap di Maroko dan wilayah Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah yang saat itu diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.