Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menandatangani perjanjian yang mencakup klausul yang mengharuskan keduanya saling membantu jika salah satu dari mereka diserang. Klausul pertahanan bersama ini dimasukkan dalam kemitraan strategis komprehensif mereka, yang disebut oleh Kim Jong Un sebagai aliansi. Hal ini diyakini akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat terkait hubungan ekonomi dan militer yang semakin erat antara Korea Utara dan Rusia. Kesepakatan ini diresmikan pada hari Rabu (19/6/2024) setelah kedua pemimpin melakukan pembicaraan berjam-jam di Pyongyang. Pertemuan ini merupakan pertemuan puncak kedua antara Putin dan Kim Jong Un dalam waktu sembilan bulan terakhir.
Putin menyatakan bahwa perjanjian kemitraan komprehensif yang ditandatangani hari ini termasuk bantuan timbal balik jika salah satu pihak diserang. Putin menjelaskan bahwa perjanjian ini defensif dan bahwa Korea Utara memiliki hak untuk membela diri. Dia juga menegaskan bahwa Rusia tidak akan mengabaikan pengembangan kerja sama teknis militer dengan Korea Utara.
Kim Jong Un menyebut perjanjian ini sebagai perjanjian terkuat yang pernah ditandatangani antara kedua negara dan meningkatkan hubungan mereka ke tingkat aliansi yang lebih tinggi. Pakta ini diharapkan akan memperkuat kerja sama politik, ekonomi, dan militer antara keduanya, serta mempercepat penciptaan dunia multipolar baru.
