Kecelakaan pesawat militer telah terjadi di Georgia dan menewaskan pilotnya.
Seorang pilot militer Georgia tewas pada Selasa (2/7/2024) ketika pesawatnya jatuh saat latihan, kata kementerian pertahanan negara di Laut Hitam itu seperti dikutip dari AFP, Rabu (3/7).
“Sebuah jet Su-25 jatuh saat pelatihan militer yang melibatkan komponen pertahanan udara,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Pesawat angkatan udara Kakhaber Zurabashvili tewas secara tragis dalam bencana tersebut,” kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa penyelidikan telah diluncurkan untuk mengetahui penyebab insiden tersebut.
Su-25 adalah pesawat jet subsonik, satu kursi, bermesin ganda yang dikembangkan pada tahun 1975 di Uni Soviet untuk memberikan dukungan udara jarak dekat bagi pasukan darat Soviet.
Pesawat ini mulai diproduksi massal pada tahun 1978 di pabrik pembuatan pesawat Tbilaviamsheni di Tbilisi.
Pada tahun 2022, sebuah helikopter polisi perbatasan Georgia jatuh di dekat kota resor musim dingin utara Gudauri, menewaskan delapan orang di dalamnya.
Insiden jatuhnya pesawat militer juga pernah dialami Jet F-16 Republic of Singapore Air Force (RSAF) atau Angkatan Udara Republik Singapura, yang jatuh di Pangkalan Udara Tengah tak lama setelah lepas landas pada Rabu sore (8 Mei 2024).
“Pesawat mengalami “masalah” saat lepas landas sekitar pukul 12.35,” kata Ministry of Defence (MINDEF) atau Kementerian Pertahanan Singapura seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Rabu (8/4/2024).
“Pilotnya melontarkan diri setelah pesawat mengalami masalah saat lepas landas,” kata Kementerian Pertahanan Singapura.
“Pilot berhasil melontarkan diri dan pesawat kemudian jatuh di Pangkalan Udara Tengah,” tambah kementerian tersebut.
“Pilot dalam keadaan sadar dan mampu berjalan. Dia menerima perawatan medis. Tidak ada personel lain yang terluka.”
MINDEF mengatakan penyelidikan pesawat jatuh itu sedang berlangsung, dan menambahkan bahwa pihaknya akan memberikan informasi terkini mengenai insiden tersebut segera setelah tersedia.
Singapura telah mengoperasikan F-16 selama sekitar 30 tahun.
Pada Mei 2004, sebuah pesawat RSAF F-16C jatuh saat misi pelatihan malam hari di negara bagian Arizona, AS, menewaskan pilot Singapura berusia 25 tahun yang awalnya dilaporkan hilang.
Dewan penyelidikan menyimpulkan bahwa insiden tersebut disebabkan oleh faktor manusia, dan mengatakan bahwa pilot mungkin mengalami kehilangan kesadaran atau disorientasi spasial akibat gravitasi, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk memulihkan pesawat dari posisi terbalik.
Armada Jet F-16 Singapura baru-baru ini ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menjaga kesiapan operasional hingga pertengahan tahun 2030-an. Peningkatan ini mencakup Active Electronically Scaned Array Radar yang memungkinkan F-16 melacak dan menyerang beberapa target dari jarak jauh, serta kemampuan serangan darat segala cuaca yang memungkinkannya menyerang target dengan amunisi presisi yang lebih mumpuni.
Armada F-16 yang menua pada akhirnya akan digantikan oleh jet keluarga F-35 milik Lockheed Martin.
Sebelumnya, Singapura mengumumkan pada Februari bahwa mereka akan membeli delapan jet F-35A, menambah pesanan sebelumnya sebanyak 12 jet F-35 varian “B”.