Menyitir statistiknya sendiri, pendiri lembaga nirlaba tersebut, Sunil Kumar Aledia, menyatakan bahwa rencana aksi gelombang panas Delhi, yang disiapkan oleh Otoritas Manajemen Bencana Delhi dan akan mulai berlaku pada tahun 2024, tidak begitu berarti bagi mereka yang tidak memiliki tempat berlindung yang layak seperti para tunawisma atau tidak memiliki banyak pilihan selain bekerja di luar ruangan.
Menurut rencana aksi gelombang panas tersebut, tempat kerja harus menyediakan air minum bersih, kipas angin atau pendingin air, serta ventilasi yang memadai. Pihak berwenang juga harus memberi peringatan kepada masyarakat dan menyoroti pentingnya tetap terhidrasi melalui pesan-pesan publik.
Sebelum musim panas tiba, mereka harus mendirikan tempat penampungan dan stasiun air di daerah dengan populasi yang rentan. Mereka juga harus menawarkan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para pekerja, menempatkan lebih banyak staf di rumah sakit, mengerahkan tim tanggap medis, dan menyediakan air di halte bus.
Saat suhu meningkat, konsumsi air dan listrik di Delhi juga meningkat karena penggunaan AC dan pendingin air meningkat, yang akhirnya mengakibatkan kekurangan listrik dan air. Delhi, yang mendapatkan pasokan air dari sumber air tanah dan sungai, mengalami kekurangan pasokan sebanyak 321 juta galon per hari (mgd) selama gelombang panas. Kota ini sebenarnya memerlukan 1.290 mgd per hari.