F-16 adalah salah satu senjata yang dapat digunakan untuk menyerang pangkalan Rusia di belakang garis depan. Oleshchuk mengatakan di Telegram bahwa “analisis terperinci” dilakukan untuk mengetahui mengapa jet F-16 jatuh pada hari Senin (26/8), ketika Rusia meluncurkan rudal dan serangan pesawat nirawak besar-besaran ke Ukraina.
“Kita harus memahami dengan saksama apa yang terjadi, apa situasinya, dan siapa yang bertanggung jawab,” tulis Oleshchuk dalam unggahannya sesaat sebelum pemecatannya. Kecelakaan itu merupakan kehilangan pertama F-16 yang dilaporkan di Ukraina, di mana pesawat tempur itu tiba pada akhir bulan lalu. Setidaknya enam pesawat diyakini telah dikirim oleh negara-negara Eropa.
Analis militer mengatakan pesawat-pesawat itu tidak akan mengubah permainan dalam perang, mengingat angkatan udara Rusia yang besar dan sistem pertahanan udaranya yang canggih. Namun, pejabat Ukraina menyambut baik jet supersonik itu, yang dapat membawa senjata modern yang digunakan oleh negara-negara NATO, karena menawarkan kesempatan untuk membalas superioritas udara Rusia.
Di darat, tentara Rusia dilaporkan membuat kemajuan yang lambat, namun bertahap dalam upayanya memasuki Ukraina timur. Sementara itu, pasukan Ukraina mempertahankan wilayah di Kursk, Rusia barat, pasca serangan baru-baru ini.
Dalam perkembangan lainnya, para menteri pertahanan Uni Eropa sepakat di Brussels untuk meningkatkan program pelatihan mereka bagi pasukan Ukraina.
“Hari ini para menteri sepakat menaikkan target menjadi 75.000, menambahkan 15.000 lagi pada akhir tahun,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.
“Pelatihan harus dipersingkat dan disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan Ukraina.”
Borrell menambahkan bahwa Uni Eropa akan mendirikan “sel koordinasi dan penghubung” kecil di ibu kota Ukraina, Kyiv, untuk membuat upaya pelatihan lebih efektif. Sejauh ini, 60.000 tentara telah melalui skema pelatihan, yang dilakukan di luar Ukraina.