Sebelum kembali ke Australia pada tahun 1998, Bruce Christie menggunakan lapangan tenis untuk mengajar sekitar 30 pemuda dari provinsi Kupang dasar-dasar kriket.
“Kami tidak bisa menggunakan lapangan tenis, tapi kita bisa menggulung jaring, dan kita bisa bermain kriket dalam ruangan yang dimodifikasi,” katanya.
“Pada akhirnya, orang-orang ini benar-benar antusias.”
Bruce, seorang pelatih tingkat satu dari Dewan Kriket Australia, mengatakan bahwa tidak sulit baginya untuk menarik warga Indonesia ke tempat latihannya. Kelompok tersebut berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk terbang ke Bali dan bermain melawan tim ekspatriat, yang bagi sebagian pemain merupakan perjalanan pertama mereka ke luar provinsi itu.
“Setelah orang Indonesia mulai bermain di luar sana dan mengajari orang Indonesia lainnya, olahraga itu pun mulai menyebar,” kata Bruce.
Dari kelompok tersebut, lima orang termasuk Soni Hawoe kemudian dipekerjakan oleh Dewan Kriket Internasional (ICC) untuk mengembangkan kriket di seluruh Indonesia.
“Ia adalah guru dan teman yang sangat baik,” kata Soni.