Uni Eropa, Amerika Serikat, Prancis, dan delapan negara lainnya telah menyerukan gencatan senjata selama 21 hari di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon pada hari Rabu (25/9).
Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar juga turut serta dalam seruan gencatan senjata, yang menyatakan bahwa konflik regional yang lebih luas “tidak ada kepentingannya, baik bagi rakyat Israel maupun rakyat Lebanon.”
Pemimpin AS dan Prancis bersama-sama mendesak gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon, yang diikuti oleh sekutu saat korban tewas akibat serangan Israel terhadap Hizbullah terus meningkat.
Presiden Joe Biden dan Emmanuel Macron bertemu di sela-sela Sidang Umum PBB di New York saat mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa konflik tersebut bisa menjadi perang regional besar-besaran setelah tahun yang penuh dengan pertumpahan darah di Gaza.
Situasi di Lebanon dinilai “tidak dapat ditoleransi” dan “tidak menguntungkan siapa pun, baik rakyat Israel maupun rakyat Lebanon,” menurut pernyataan bersama yang dirilis oleh Gedung Putih.
“Mereka menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberi ruang bagi diplomasi menuju penyelesaian diplomatik,” sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan bersama dengan kekuatan Barat, Jepang, serta kekuatan utama di Teluk Arab seperti Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab seperti dilaporkan oleh AFP pada Kamis (26/9/2024).
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, sebelumnya mengungkap usulan tersebut dalam sesi darurat Dewan Keamanan PBB.
Barrot menyatakan, “Telah terjadi kemajuan penting dalam beberapa jam terakhir. Kami telah berupaya sejak awal minggu ini di New York untuk mencapai solusi diplomatik dengan khususnya teman-teman Amerika kami.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak gencatan senjata segera di Lebanon dan memperingatkan bahwa “Neraka sedang terjadi.”