Kementerian Pertahanan Taiwan telah mengungkapkan bahwa ancaman dari China semakin meningkat sejak tahun 2022, ketika China mulai melakukan latihan militer secara berkelanjutan. Awalnya, China bertujuan untuk menekan Taiwan, namun kini mereka juga memperluas pengaruhnya hingga ke Rantai Pulau Pertama. Hal ini mencakup wilayah geostrategis yang membentang dari Jepang hingga Taiwan, sepanjang pantai China, dan hingga Laut China Selatan. Meskipun China berusaha menghalangi negara-negara di wilayah tersebut dan merusak sistem internasional yang berbasis aturan, upaya mereka tidak akan didukung oleh komunitas internasional.
Sumber keamanan sebelumnya telah memperkirakan bahwa China akan melakukan latihan militer sebagai tanggapan atas kunjungan Presiden Lai ke Amerika Serikat, serta sebagai peringatan kepada pemerintahan berikutnya di bawah kepemimpinan Donald Trump terkait garis merah China. Meski aktivitas militer China di kawasan terus meningkat, kedutaan besar secara de facto Amerika Serikat di Taiwan tidak mengaitkannya langsung dengan kunjungan Presiden Lai. Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Taiwan mengumumkan bahwa mereka telah membubarkan pusat respons darurat mereka, menandakan berakhirnya aktivitas militer China saat itu.
Pada pagi hari Jumat, kementerian melaporkan penurunan jumlah pesawat militer China yang beroperasi di dekat Taiwan dari 34 menjadi 12 pesawat dalam 24 jam terakhir. Di sisi lain, penjaga pantai Taiwan juga melaporkan bahwa sembilan kapal penjaga pantai China yang berada di sekitar Taiwan telah bergerak ke arah utara setelah melakukan aktivitas yang dianggap tidak semestinya dalam beberapa hari terakhir. Wakil Direktur Jenderal Penjaga Pantai Taiwan, Hsieh Ching-chin, menyatakan bahwa kapal-kapal tersebut telah kembali ke China, dan pihaknya menganggap bahwa manuver China, setidaknya untuk saat ini, telah berakhir.