Menurut pakar kesehatan, makanan renyah seperti kacang atau keripik dapat sulit untuk dihentikan setelah mulai mengonsumsinya. Hal ini disebabkan oleh kombinasi tekstur renyah dan kandungan lemak dalam makanan tersebut. Paul Breslin, seorang pakar nutrisi dari Rutgers University, menjelaskan bahwa lidah tidak hanya sensitif terhadap rasa, tetapi juga terhadap tekstur makanan. Tekstur renyah dapat merangsang otak untuk terus menginginkan makanan tersebut.
Selain itu, saat kita merasa emosi seperti bosan, sedih, atau cemas, kita cenderung mencari makanan sebagai pelarian. Makanan renyah sering menjadi pilihan karena sensasi yang ditimbulkannya memberikan kenyamanan emosional. Lemak dalam makanan juga berperan penting, terutama lemak yang dirasakan oleh mulut karena dapat mengaktifkan bagian otak yang menciptakan sensasi kenikmatan.
Penelitian dari Oxford University menunjukkan bahwa makanan berlemak memiliki dampak signifikan pada otak, membuatnya sulit untuk dihentikan. Hal menarik lainnya adalah makanan dengan tekstur encer seperti yoghurt juga dapat menyulitkan kita untuk berhenti mengonsumsinya karena lebih cepat melewati sistem perasa, sehingga kita cenderung makan lebih banyak sebelum merasa kenyang.
Memahami bahwa kombinasi tekstur, rasa, dan kandungan lemak dalam makanan seperti kacang atau keripik dapat memengaruhi otak, dapat membantu kita lebih bijak dalam mengontrol pola makan dan memilih camilan yang lebih sehat. Jadi, penting bagi kita untuk memahami mekanisme di balik sulitnya berhenti makan makanan jenis tersebut agar dapat menjaga kesehatan tubuh dan pola makan yang tepat.