Berita  

Paus Leo XIV vs Donald Trump: Konflik Antara Pro Buruh dan Kaum Miskin

Paus Leo XIV, yang baru saja dilantik sebagai pemimpin Gereja Katolik Roma, memberikan homili pertamanya di Vatikan dengan menyerukan melawan hilangnya iman. Dalam pidato tersebut, Paus Leo XIV mengungkapkan keprihatinannya tentang banyak orang yang menjauh dari iman dan beralih kepada hal-hal seperti teknologi, uang, kesuksesan, kekuasaan, dan kenikmatan. Menekankan pentingnya iman dalam zaman yang serba modern ini, Paus Leo XIV menyatakan tekadnya untuk membimbing gereja dalam menerangi dunia yang semakin gelap.

Pemilihan Robert Francis Prevost —nama lahir Leo XIV— sebagai paus pertama dari Amerika Serikat juga disambut hangat, baik di AS maupun di Peru, tempat dia telah mengabdi selama 20 tahun. Di dalam homilinya, Paus Leo XIV berbicara tentang tantangan-tantangan yang dihadapi oleh umat Kristiani saat ini, di mana iman sering kali dianggap absurd dan terpinggirkan oleh kekuasaan, kekayaan, dan teknologi.

Dalam upaya untuk menyatukan para kardinal, Paus Leo XIV menyampaikan pesan tentang kesatuan dan kerja sama dalam membangun gereja yang misioner. Namun, potensi gesekan dengan Presiden AS Donald Trump juga tidak dapat diabaikan, mengingat perbedaan pandangan politik dan latar belakang keduanya. Meskipun Trump menyampaikan ucapan selamat dengan penuh hormat, tetapi perbedaan dalam isu-isu seperti imigrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan dapat menjadi sumber perselisihan di masa depan.

Dengan menjadi paus pertama dari AS, Paus Leo XIV telah menandai awal dari kepemimpinan yang penuh tantangan dan ekspektasi. Diperkirakan bahwa perbedaan pendapat antara Paus Leo XIV dan Trump akan memengaruhi arah politik global, termasuk dalam hubungan AS dengan gereja Katolik. Sebagai kelompok pemilih yang signifikan, umat Katolik di AS juga memiliki peran penting dalam pemilihan politik, dengan sejarah partisipasi yang tinggi dan fleksibilitas dalam mendukung kandidat.

Source link