Kehidupan di Bumi kemungkinan akan kembali didominasi oleh mikroorganisme anaerob seperti yang terjadi miliaran tahun lalu. Hal ini terjadi karena diprediksi bahwa oksigen di atmosfer Bumi akan habis, yang juga berarti lapisan ozon yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet dari matahari akan hancur.
Tanpa lapisan ozon, permukaan Bumi akan terbakar oleh radiasi berbahaya ini dan material-material penting seperti beton dan logam yang memerlukan oksigen akan terdegradasi. Dampaknya tidak hanya terjadi pada infrastruktur Bumi namun juga dapat mempercepat erosi kerak Bumi.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa hilangnya oksigen ini juga akan berdampak pada pencarian kehidupan di planet lain. Selama ini, keberadaan oksigen di atmosfer dianggap sebagai tanda utama kehidupan. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakhadiran oksigen dalam evolusi planet tidak selalu berarti planet tersebut tidak layak huni.
Tim peneliti juga menyoroti bahwa perubahan kadar oksigen sangat dipengaruhi oleh siklus biogeokimia jangka panjang, termasuk keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Faktor geologis seperti aktivitas vulkanik dan pergeseran lempeng tektonik juga berperan dalam dinamika atmosfer dalam skala waktu geologis.
Meskipun ancaman ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, pemahaman akan nasib jangka panjang Bumi memberikan kita perspektif baru. Hal ini bukan hanya sekadar prediksi bencana, tetapi juga sebuah pengingat bahwa kehidupan di Bumi sangat tergantung pada keseimbangan yang rapuh dan dapat berubah kapan saja. Fakta bahwa oksigen, yang kita hirup setiap detik, memiliki potensi untuk menghilang menunjukkan bahwa bahkan elemen mendasar kehidupan tidak bersifat abadi.