Pada 16 Juni 2009, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRIC pertama di Yekaterinburg, Rusia. Pada pertemuan tersebut, pemimpin BRIC menyepakati tujuan untuk meningkatkan dialog dan kerja sama antara negara-negara anggotanya secara bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan. Dokumen yang dikeluarkan saat itu juga membahas upaya bersama dalam mengatasi krisis keuangan dan ekonomi global.
Dilanjutkan dengan penerimaan Afrika Selatan sebagai anggota penuh pada pertemuan Menteri Luar Negeri BRIC di New York pada tahun 2010, kelompok BRIC kemudian berganti nama menjadi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). BRICS secara rutin melakukan pertemuan untuk membahas isu-isu penting dalam bidang politik dan keamanan, keuangan dan ekonomi, serta budaya dan antarmasyarakat.
Sejak awal, BRICS memiliki fokus pada peningkatan kerja sama ekonomi di antara negara-negara anggotanya dan dalam memperkuat posisi negara-negara berkembang di dunia internasional. Melalui berbagai pertemuan dan KTT tahunan, BRICS berupaya untuk menciptakan keseimbangan terhadap dominasi negara-negara maju dari Barat, serta mengoordinasikan kebijakan multilateral serta membahas isu-isu strategis global.
Pada tahun 2024, BRICS mengalami perluasan dengan masuknya beberapa anggota baru seperti Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Ekspansi ini menunjukkan ambisi BRICS untuk memperluas pengaruhnya dan membentuk tatanan dunia yang lebih multipolar. Bergabungnya Indonesia pada tahun 2025 semakin memperkuat posisi BRICS dalam menciptakan tatanan dunia yang inklusif dan seimbang di masa depan. Menjadi lebih dari sekadar kelompok ekonomi, BRICS juga memiliki tujuan geopolitik untuk membentuk tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang.