Bulan lalu, Alireza Panahian, seorang ulama garis keras Iran yang dekat dengan Pemimpin Tertinggi, menyerukan umat Islam untuk membunuh Trump dan Netanyahu sebagai balasan atas ancaman mereka terhadap Khamenei selama perang 12 hari. Panahian mengutip fatwa yang melabeli mereka yang membuat ancaman semacam itu sebagai “mohareb,” atau musuh Tuhan. Ayatollah Naser Makarem Shirazi dan Ayatollah Hossein Nouri Hamedani sebelumnya telah mengeluarkan fatwa terpisah terhadap Trump dan Netanyahu. Dalam pernyataannya, Shirazi menyatakan, “Setiap rezim atau individu yang mengancam para pemimpin Umat Islam dan bertindak berdasarkan ancaman tersebut memenuhi syarat sebagai seorang muhareb.” Ahmad Alamolhoda, perwakilan Khamenei di Provinsi Razavi Khorasan, Iran, pada hari Senin (7/7) menyatakan dukungannya terhadap fatwa kedua ulama tersebut. “Melabeli mereka yang menghina atau melanggar kesucian Pemimpin Tertinggi sebagai murtad dan musuh Tuhan akan memperkuat fondasi Republik Islam dan Revolusi,” kata Alamolhoda. Sebelumnya pada tahun 1989, mantan pemimpin Iran Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa terhadap penulis Inggris Salman Rushdie karena diduga menghujat Islam dalam novelnya The Satanic Verses. Meskipun hidup di bawah keamanan ketat selama puluhan tahun, Rushdie ditikam dan dibutakan salah satu matanya oleh seorang penyerang di New York pada tahun 2022—sebuah serangan yang secara luas dikaitkan dengan fatwa Khomeini.
Sayembara Rp18,4 M untuk Kepala Donald Trump: Inisiatif 12 Ulama Iran

Read Also
Recommendation for You

Pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur, tradisi unik dilakukan oleh para orang tua dan kakek-nenek…

Mayoritas penduduk Afghanistan memandang pendidikan anak perempuan sebagai hal yang sangat penting, meskipun Taliban telah…

Dua grup musik Indonesia, Lomba Sihir dan .Feast, telah dinominasikan dalam kategori Seniman Kreatif Asia…

Saat Stonehenge membutuhkan perawatan, pengunjung terkadang mencuri batu sebagai suvenir, menyebabkan kerusakan pada situs tersebut….

Sebuah proyek tanggul di Filipina menuai kontroversi setelah hampir USD 2 juta uang rakyat dihabiskan…