Dalam sebuah jajak pendapat menjelang pemilu, banyak pemilih mengungkapkan keprihatinan utama tentang jaminan sosial, penurunan angka kelahiran, dan kenaikan harga beras. Isu imigrasi hanya masuk di urutan kelima dalam keprihatian pemilih. Sebagai contoh, mantan manajer supermarket dan guru bahasa Inggris, Kamiya, menyuarakan pesan yang berhasil memikat hati para pemilih yang frustrasi dengan kondisi ekonomi dan nilai tukar yang melemahkan. Jumlah penduduk asing yang terus meningkat dan dampaknya terhadap harga-harga juga menjadi sorotan utama dalam pemilu ini.
Setelah pemilu, terlihat bahwa partai Sanseito yang dipimpin oleh Kamiya berencana untuk menjalin aliansi dengan partai-partai kecil lainnya, menunjukkan perubahan arah politik yang mengarah ke kanan. Mereka bahkan berjanji untuk menetapkan target “nol warga asing ilegal,” menarik perhatian publik dan juga investor.
Meskipun Kaminya berhasil meraih kursi pertamanya, dia tetap menuai kontroversi karena beberapa pernyataannya yang dianggap kontroversial. Namun, untuk mengubah citra partainya dan memperluas basis dukungan, Sanseito menyajikan banyak kandidat perempuan dalam pemilu, yang salah satunya berhasil meraih satu kursi di Tokyo.
Partai Sanseito juga mengusung kebijakan pemotongan pajak dan peningkatan tunjangan anak, yang membuat para investor khawatir terhadap kondisi fiskal Jepang. Namun, semangat dan kehadiran daring partai ini telah memberikan angin segar bagi politik Jepang, membawa terobosan signifikan dalam Majelis Tinggi. Kamiya optimis bahwa partainya akan terus tumbuh dan akhirnya mewujudkan kebijakan yang mereka usung.