Mencari rumah di kawasan Karibia Timur kini bukan hanya tentang pasir putih dan gaya hidup tropis yang menenangkan. Di balik iklan properti yang menjanjikan kehidupan eksotis, tersimpan tawaran lain yang lebih menggiurkan — paspor negara. Semakin banyak orang, terutama dari Amerika Serikat, tergoda untuk membeli rumah bukan semata-mata untuk berlibur atau pensiun, melainkan juga demi mendapatkan kewarganegaraan kedua. Lima negara pulau di Karibia — Antigua dan Barbuda, Dominika, Grenada, St. Kitts dan Nevis, serta St. Lucia — menawarkan program Kewarganegaraan melalui Investasi (CBI) dengan harga mulai dari USD 200.000. Dalam satu transaksi properti, pembeli tidak hanya memperoleh rumah, tapi juga paspor yang memungkinkan akses bebas visa ke lebih dari 150 negara, termasuk Inggris dan kawasan Schengen.
Bagi kalangan kaya, keuntungan tidak berhenti di situ. Kepulauan ini juga dikenal dengan sistem pajak yang ringan atau bahkan nihil — tidak ada pajak penghasilan, keuntungan modal, atau warisan. Lebih menarik lagi, pemegang paspor baru tak perlu meninggalkan kewarganegaraan asal mereka. Di Antigua, permintaan sangat tinggi dengan banyak pembeli yang membeli rumah demi mendapatkan kewarganegaraan, terutama berasal dari AS. Firma konsultan Henley & Partners juga mencatat bahwa warga AS menjadi pemohon terbanyak program CBI Karibia.
Meskipun ada peningkatan permintaan dari berbagai negara, tidak semua pihak mendukung program ini. Ketika ide menjual paspor pertama kali muncul di Antigua pada 2012, gelombang protes mewarnai jalanan. Banyak warga lokal merasa identitas nasional mereka sedang diperjualbelikan dan beberapa pemimpin kawasan juga ikut mengecam. Perdana Menteri St. Vincent dan Grenadine, misalnya, menyebut kewarganegaraan bukanlah komoditas. Hal ini menimbulkan pertentangan di antara masyarakat setempat terhadap program kewarganegaraan melalui investasi di Karibia Timur.