Menteri Pertahanan Kolombia, Pedro Sanchez, mengutuk tindakan ledakan bom mobil sebagai serangan teror dan menyalahkan kartel narkoba yang dipimpin oleh Ivan Mordisco sebagai dalang di balik kejadian tersebut. Menurut Sanchez, serangan tersebut merupakan reaksi putus asa akibat kendali yang hilang atas perdagangan narkoba di beberapa wilayah seperti Valle del Cauca, Cauca, dan Narino. Presiden Gustavo Petro juga menanggapi serangan terpisah terhadap helikopter polisi yang tengah melakukan misi untuk memberantas tanaman daun koka, bahan utama kokain. Helikopter tersebut jatuh akibat serangan drone, menewaskan 12 petugas di dalamnya.
Peristiwa tersebut menciptakan kepulan asap hitam tebal yang terlihat di daerah berhutan di Amalfi, wilayah utara Kolombia. Sanchez mengklaim bahwa serangan berasal dari kelompok gerilya EMC, merupakan pecahan terbesar dari FARC. Konflik di Kolombia semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir dengan meningkatnya kekerasan antara pasukan keamanan dan kelompok-kelompok bersenjata seperti gerilyawan pembelot, paramiliter, atau kartel narkoba. Serangan drone juga semakin sering terjadi, dengan 115 serangan tercatat pada tahun 2024, sebagian besar berasal dari kelompok bersenjata ilegal.
Tidak lama yang lalu, tiga tentara tewas dalam serangan drone di wilayah barat daya Kolombia saat bahan peledak dijatuhkan pada anggota angkatan laut dan angkatan darat yang sedang menjaga pos pemeriksaan. Peningkatan kekerasan dan serangan drone menunjukkan eskalasi konflik di Kolombia yang semakin meresahkan.