Memiliki tim F1 yang kuat dengan mobil tercepat dan dua pembalap top merupakan impian bagi setiap team principal. Namun, realitasnya seringkali tidak sesuai dengan harapan, terutama dalam menangani pembalap nomor satu dan nomor dua. Andrea Stella dari McLaren, yang menghadapi situasi serupa dengan Piastri dan Norris dalam perebutan gelar juara dunia, mengakui betapa sulitnya mengelola dua pembalap berpotensi juara.
Sejarah F1 penuh dengan contoh kontroversi terkait dengan team order dan perlakuan terhadap pembalap. Dari kasus Schumacher dan Barrichello di Ferrari hingga Alonso dan Massa di Hockenheim, persaingan di antara rekan setim seringkali menimbulkan konflik yang sulit diantisipasi. Meskipun McLaren memimpin klasemen, persaingan antara Piastri dan Norris masih menimbulkan spekulasi dan gosip akibat ketertinggalan poin dari rekan setim mereka.
Dalam mengantisipasi konflik internal, McLaren fokus pada komunikasi terbuka dan perlakuan yang setara terhadap kedua pembalapnya. Mereka berupaya mencegah skenario seperti yang terjadi di masa lalu di tim F1 lain, yang berujung pada kehilangan gelar juara akibat perseteruan internal. Dengan pendekatan yang transparan dan kesepakatan jelas mengenai ekspektasi terhadap pembalap, McLaren berharap dapat menjaga harmoni dan keseimbangan dalam tim mereka.