Gencatan senjata telah memungkinkan warga yang tinggal di Kota Gaza dan wilayah lain di utara untuk melakukan survei kerusakan dan mencoba mencari serta menguburkan kerabat mereka.
Di Jabalia di Gaza utara, yang dibombardir Israel secara besar-besaran selama berminggu-minggu dan dikepung oleh pasukan Israel, Direktur Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Thomas White mengatakan, “Anda akan menemukan kota yang telah dihancurkan.”
Rekaman kunjungan White menunjukkan jalan-jalan dipenuhi bangunan hancur, mobil, dan tumpukan puing. UNRWA mengirimkan enam truk bantuan ke kamp pengungsi Jabalia, termasuk pasokan medis.
Konsorsium bantuan yang dipimpin PBB memperkirakan, di seluruh Gaza, lebih dari 234.000 rumah rusak dan 46.000 rumah hancur total atau setara dengan 60 persen persediaan perumahan di wilayah tersebut.
“Di wilayah utara, kehancuran sangat membahayakan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar untuk menopang kehidupan,” sebut pernyataan konsorsium tersebut.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 13.300 orang tewas di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, di mana sekitar dua per tiga dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Israel mengklaim setidaknya 1.200 orang tewas akibat serangan Hamas.
Israel mengaku 77 tentaranya tewas dalam serangan darat.
Instalasi dialisis di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dilaporkan telah beroperasi kembali setelah tim medis membawa generator kecil.
“Sekitar 20 pasien di sana telah menjalani dua atau tiga minggu tanpa dialisis,” kata Dr. Mutasim Salah dari rumah sakit kepada Al-Jazeera TV.
Dua pekan lalu, pasukan Israel menyita rumah sakit tersebut. Menurut Israel, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu digunakan sebagai markas utama Hamas, tuduhan yang dengan tegas dibantah oleh kelompok tersebut dan staf rumah sakit.
Menurut PBB, pengeboman dan serangan darat Israel telah membuat lebih dari 1,8 juta orang mengungsi -hampir 80 persen populasi Gaza- dan sebagian besar mencari perlindungan di wilayah selatan. Ratusan ribu orang memadati sekolah-sekolah dan fasilitas-fasilitas lain yang dikelola PBB, bahkan banyak yang terpaksa tidur di jalanan karena kepadatan yang berlebihan. Hujan dan angin dingin yang melanda Gaza membuat kondisi semakin menyedihkan.
Gencatan senjata telah memungkinkan peningkatan bantuan yang dikirim melalui 160 hingga 200 truk setiap hari ke Gaza. Namun, jumlah tersebut masih kurang dari setengah jumlah yang diimpor dari Gaza sebelum terjadinya perang.
Juru bicara UNRWA Juliette Toma menggarisbawahi, “Kebutuhannya sangat besar. Mereka kehilangan segalanya dan mereka membutuhkan segalanya.”