Hari ini, masyarakat di seluruh dunia memperingati 80 tahun serangan bom atom di Hiroshima, sebuah peristiwa tragis yang mengakhiri Perang Dunia II. Dalam peringatan tersebut, para penyintas dan ahli mengingatkan bahwa ancaman penggunaan senjata nuklir semakin nyata saat ini. Upacara peringatan diadakan di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima, di mana pejabat Jepang dan penyintas yang semakin sedikit jumlahnya, mengenang ketika bom atom pertama dijatuhkan pada 6 Agustus 1945. Serangan bom atom kedua di Nagasaki tiga hari berselang menyebabkan ribuan kematian secara instan dan jutaan lainnya menderita luka dan penyakit akibat radiasi selama bertahun-tahun.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, dalam pidatonya menegaskan bahwa meskipun Hiroshima dan Nagasaki tetap menjadi satu-satunya kota yang menjadi sasaran senjata nuklir, ancaman penggunaan senjata nuklir hari ini masih sangat nyata. Kekhawatiran terkait perlucutan senjata nuklir semakin memanas karena perpecahan global semakin dalam dan situasi keamanan dunia memburuk. Organisasi penyintas bom atom Jepang, Nihon Hidankyo, yang menerima Nobel Perdamaian tahun lalu, menekankan pentingnya untuk mengubah sikap negara-negara pemilik senjata nuklir yang tampaknya acuh tak acuh.
Ketegangan nuklir kembali meningkat belakangan ini, terutama dengan konflik antara Rusia dan Amerika Serikat di Ukraina serta serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran dengan bom konvensional. Meskipun begitu, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, telah menegaskan bahwa Iran tidak memiliki niat untuk memperkaya uranium untuk keperluan senjata nuklir. Keadaan ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap penggunaan senjata nuklir masih menjadi isu yang relevan di tingkat global.