Desakan atas akses kemanusiaan yang berkelanjutan dan aman terus digaungkan seluruh pihak, termasuk PBB. Mereka bahkan mengatakan dalam posisi bertekuk lutut memohon.
Bahan bakar, air, makanan, hingga air bersih yang merupakan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup kritis atau bahkan habis. Otoritas kesehatan Gaza memperingatkan bahwa sistem layanan kesehatan bisa ambruk.
Saat ini saja, 12 dari 32 rumah sakit di Gaza sudah tidak dapat beroperasi. Yang lainnya kehabisan bahan bakar dan hanya menjalankan layanan paling penting.
Juru bicara badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), yang menjalankan operasi kemanusiaan terbesar di Gaza, memperingatkan bahwa mereka juga hampir kehabisan stok bahan bakar.
“Jika kami tidak segera mendapatkan bahan bakar, kami terpaksa menghentikan operasi kami di Jalur Gaza mulai Rabu malam,” kata Juliette Touma kepada BBC.
Dalam pengarahan di Jenewa, UNRWA menyatakan hanya 54 truk bantuan yang diizinkan melintasi penyeberangan Rafah yang dikuasai Mesir sejak 21 Oktober. Sebelum perang Hamas Vs Israel terbaru, Gaza menerima sekitar 500 truk berisi bantuan setiap harinya.
Akses ketika persediaan terbatas diperbolehkan masuk merupakan tantangan lainnya.
PBB belum menerima jaminan keamanan yang diperlukan untuk memungkinkan bantuan disalurkan ke seluruh Gaza, termasuk ke utara, di mana ribuan orang masih tetap tinggal meskipun ada perintah evakuasi dari Israel.
Peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak kalah genting, yaitu meskipun sejumlah pasokan medis diperbolehkan masuk, namun itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Petugas medis yang berjaga di Mesir tidak diizinkan masuk bersama dengan pasokan tersebut.
WHO menekankan bahwa bahan bakar, yang sejauh ini dilarang masuk oleh Israel, sangat penting untuk pabrik desalinasi, toko roti, hingga rumah sakit.
Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengurangi jatah makanan dalam upaya memastikan dapat menjangkau sebanyak mungkin orang.
Emad Abuaassi, yang pindah dari Blackpool di Inggris ke Gaza utara bersama istri dan empat anaknya 10 bulan lalu, mengatakan kepada BBC melalui pesan suara bahwa mereka sekarang tinggal di sebuah flat dengan dua kamar tidur di Khan Younis bersama sekitar 50 orang lainnya.
“Kami berjuang untuk segalanya. Kami baru saja berhasil mendapatkan setengah sandwich – saya dan anak-anak saya pagi ini,” katanya. “Antreannya sekitar 800 meter untuk mendapatkan sekantong roti.”
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam dua atau tiga hari ke depan.”
Israel telah setuju untuk mengizinkan pengiriman bantuan yang dibatasi selain bahan bakar, dengan mengklaim bahwa itu dapat dicuri dan dieksploitasi oleh Hamas untuk tujuan militer.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengunggah foto satelit yang menunjukkan 12 tangki bahan bakar di dekat Rafah yang menurutnya berisi ratusan ribu liter solar milik Hamas. Dia menuduh kelompok itu mencuri solar dari warga sipil.
Militer Israel sebelumnya pernah mengatakan kepada UNRWA via X alias Twitter, “Tanyakan pada Hamas apakah Anda bisa mendapatkannya.”