Hamas mengklaim tujuh sandera mereka tewas karena serangan militer Israel di Kamp Pengungsi Jabalia, Rabu (1/11). Brigade al-Qassam dari Sayap Bersenjata Hamas mengungkapkan bahwa dari tujuh sandera yang tewas, tiga di antaranya adalah pemegang paspor asing (WNA), seperti yang dilansir dari laman The Guardian pada Rabu (1/11/2023).
Hamas juga mengklaim bahwa mereka telah menyandera lebih dari 240 orang sejak serangan mereka ke Israel pada 7 Oktober 2023. Para sandera yang ditahan oleh Hamas termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua. Sejak saat itu, Hamas telah melepaskan empat warga sipil, dan pasukan IDF (Israel Defense Force) mengklaim telah menyelamatkan satu anggotanya. Namun, satu orang sandera yang juga merupakan anggota IDF bernama Shani Louk dinyatakan meninggal dunia.
Serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia diklaim juga bertujuan untuk menargetkan seorang komandan Hamas. Wakil Perdana Menteri Inggris, Oliver Dowden, menggambarkan ini sebagai bagian dari konflik yang buruk di Timur Tengah. Dowden menyatakan bahwa Hamas adalah organisasi teroris yang telah kejam dan tanpa ampun membunuh lebih dari 1.000 pria, wanita, dan anak-anak Israel yang tidak bersalah, dan sekarang bersembunyi di antara warga sipil. Konflik ini sangat sulit.
Dowden terus mendesak pemerintah Israel untuk mematuhi hukum internasional dalam konflik ini. Dia percaya bahwa pemerintah Israel sedang berusaha untuk melawan musuh yang bersembunyi di antara warga sipil. Ini adalah konsekuensi buruk dari konflik yang mengerikan ini.