Kabupaten Banyuwangi yang dikenal sebagai The Sunrise of Java kembali menampilkan kehidupan tradisi seni tari melalui Festival Sulur Kembang yang ke-5. Gelaran yang dimulai sejak Kamis (17/4/2025) di Gesibu Blambangan diikuti oleh 197 peserta dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga remaja. Festival ini mengusung tema “Pulung Kehidupan”, yang menggambarkan jodoh seseorang sesuai garis nasibnya. Ketua Panitia Festival Sulur Kembang, Sabar Harianto, menyatakan harapannya agar festival ini dapat menjadi upaya pelestarian kesenian, terutama di bidang tari. Selama tiga hari mulai Kamis hingga Sabtu, festival ini menampilkan 8 tarian tradisional karya asli Sanggar Lang Lang Buana, dengan pembagian kategori lomba berdasarkan jenjang pendidikan.
Lebih dari sekedar kompetisi, festival ini menjadi sarana bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan menjaga warisan budaya daerah. Peserta tidak hanya berkompetisi, tetapi juga menghayati makna yang mendalam dari setiap tarian yang mereka tampilkan. Sabar Harianto, pemilik Sanggar Lang Lang Buana, menekankan pentingnya regenerasi dalam pelestarian seni tari sebagai simbol bahwa kesenian di Banyuwangi terus berkembang dari generasi ke generasi. Festival Sulur Kembang menjadi bukti nyata komitmen Banyuwangi dalam melestarikan kekayaan budaya, sambil menginspirasi generasi penerus untuk menjaga seni tradisional. Dengan demikian, festival ini tidak hanya sebagai ajang lomba, tetapi juga mencerminkan identitas dan kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan.