Dengan pengumuman Gibran sebagai calon wakil presiden, ini adalah peta politik Pemilihan Presiden Indonesia 2024:
1. Anies Baswedan (mantan Gubernur Jakarta)
Pasangan calon: Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua DPR)
Partai politik utama: Partai Nasional Demokrat (Nasdem)
Sebelum terjun ke dunia politik, Anies Baswedan dikenal sebagai seorang akademisi. Ia bergabung dalam kabinet presiden Jokowi sebagai menteri pendidikan sebelum mengundurkan diri untuk mengikuti pemilihan gubernur pada tahun 2017.
Ia berhasil mengalahkan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang merupakan pasangan Jokowi. Pemilihan tersebut memicu perpecahan dan Ahok sering kali menjadi target penghinaan rasial. Kepemimpinannya sebagai gubernur di ibu kota memberikan Anies Baswedan basis politik yang kuat untuk meningkatkan popularitasnya.
2. Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah)
Pasangan calon: Mahfud MD (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan)
Partai politik utama: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan)
Ganjar Pranowo berasal dari partai politik yang sama dengan Presiden Joko Widodo, yaitu PDI-Perjuangan. Ia adalah kandidat presiden termuda dalam pemilihan 2024.
Ketua partai, Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa ia selalu lebih memilih calon presiden dari partainya sendiri untuk menunjukkan bahwa program kadernya dalam PDI-Perjuangan berjalan baik.
Ganjar menghadapi skandal setelah menolak Israel bermain di provinsinya untuk Piala Dunia U-20, dan Indonesia akhirnya dibatalkan sebagai tuan rumah. Meskipun mendapat kecaman dari publik, Ganjar mampu mengatasi skandal tersebut.
3. Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan)
Pasangan calon: Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo)
Partai politik utama: Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Pemilihan 2024 akan menjadi upaya ketiga Prabowo untuk memenangkan jabatan presiden. Sebelumnya, Jokowi berhasil mengalahkannya dua kali pada tahun 2014 dan 2019.
Prabowo adalah menantu dari mantan Presiden Soeharto dan ia diangkat sebagai Komandan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat pada tahun 1998, beberapa bulan sebelum kejatuhan Soeharto.
Sehari setelah pengunduran diri Soeharto, Prabowo diberhentikan dari jabatannya oleh mantan Presiden Habibie setelah Panglima Wiranto (Kepala Tentara Nasional Indonesia) melaporkan bahwa Prabowo membawa pasukannya tanpa izin ke Jakarta.
Dalam bukunya tahun 2006, Presiden Habibie mengatakan kepada Wiranto untuk mengeluarkan Prabowo “sebelum matahari terbenam”.
Prabowo juga terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia terkait dengan penculikan aktivis. Beberapa tahun kemudian, Prabowo aktif dalam politik dan menjadi calon wakil presiden untuk Megawati Soekarnoputri, tetapi mereka kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, Prabowo mampu mendapatkan popularitas massal dan partainya saat ini menjadi partai kedua terkuat di parlemen.
