Brasil, yang akan memimpin perundingan iklim pada tahun 2025 di Amazon, mengatakan bahwa negara-negara kaya sekarang harus memenuhi janji iklim penting lainnya, yaitu memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang yang paling terkena dampak perubahan iklim.
Utusan iklim AS John Kerry memuji kesepakatan tersebut sebagai tanda bahwa dunia yang dilanda perang dapat bersatu demi kebaikan bersama.
“Saya pikir semua orang harus setuju bahwa ini jauh lebih kuat dan lebih jelas untuk seruan 1,5 derajat, dibandingkan yang pernah kita dengar sebelumnya, dan ini jelas mencerminkan apa yang dikatakan ilmu pengetahuan,” kata Kerry.
Naskah tersebut tidak mendukung seruan selama KTT untuk “menghapuskan” minyak, gas dan batu bara, yang bersama-sama menyumbang sekitar tiga perempat emisi yang bertanggung jawab atas krisis iklim. Namun naskah hasil konsensus jauh melampaui rancangan yang diajukan Sultan Al Jaber sebelumnya, yang hanya menyarankan agar negara-negara penandatangan kesepakatan iklim “bisa” mengurangi konsumsi dan produksi bahan bakar fosil.
Perjanjian tersebut juga memperjelas tujuan jangka pendek untuk mencapai sasaran nol emisi pada tahun 2050.
Perjanjian itu menyerukan dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 43 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2019.