Sebuah minggu sebelum bunuh diri itu, sang ayah meminta maaf karena tidak bisa mengembalikan uang. Polisi masih belum menemukan seberapa banyak uang yang dipinjam oleh korban. Namun begitu, polisi percaya bahwa penyebabnya bukanlah utang online.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak laporan tentang orang-orang yang mendapatkan teror psikologis karena utang online. Pesan-pesan sering dikirim kepada keluarga atau teman peminjam melalui WhatsApp.
“Sampai saat ini, fakta yang ada adalah anggota keluarga atau rekan kerjanya tidak pernah menerima teror melalui WhatsApp atau SMS yang identik dengan utang online,” kata Gandha.
Istri WE membantu keuangan keluarga dengan menjual kue di rumah mereka.
Polisi juga menemukan catatan perpisahan yang diduga ditulis oleh sang ayah. Dia meminta putrinya yang masih hidup untuk menjaga dirinya sendiri dan patuh kepada neneknya. Polisi mengatakan sang ayah juga meninggalkan uang untuk pemakaman.
Putri kembar yang masih hidup dengan inisial AKE kemudian dibawa ke Unit Perlindungan Wanita dan Anak di Kepolisian Malang. Dia juga ditemani oleh seorang psikolog.
Yusron Fahmi berkontribusi dalam laporan ini.
