Letkol Lerner menyatakan bahwa pasukan akan diputar karena militer telah menyelesaikan misinya di Khan Younis. Kota ini telah dibom oleh Israel selama berbulan-bulan. Sebagian besar kota dan sekitarnya hancur.
“Perang belum berakhir. Perang hanya bisa berakhir ketika mereka (sandera) pulang dan ketika Hamas sudah tiada,” ujar Lerner.
“Ini adalah penurunan kekuatan, namun masih ada lebih banyak operasi yang perlu dilakukan. Rafah jelas merupakan benteng pertahanan. Kita perlu membongkar kemampuan Hamas di mana pun mereka berada.”
Sementara itu, juru bicara Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan penurunan kekuatan Israel di Gaza Selatan merupakan “istirahat dan perbaikan” dan “belum tentu merupakan indikasi akan adanya operasi baru”.
Namun, bertentangan dengan Kirby, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant justru menegaskan pasukannya meninggalkan Gaza Selatan untuk “mempersiapkan misi lanjutan mereka”.
Dia mengatakan pencapaian mereka di Khan Younis sangat mengesankan dan menambahkan bahwa Hamas tidak lagi berfungsi sebagai organisasi militer di seluruh Jalur Gaza.
Israel telah lama memperingatkan rencana serangan darat ke Kota Rafah di Gaza Selatan, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung.
Di sisi lain, tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata semakin meningkat dan AS – sekutu terdekat dan terkuat Israel – memperingatkan awal pekan ini bahwa dukungan mereka terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza bergantung pada langkah spesifik dan konkret untuk meningkatkan bantuan dan mencegah kematian warga sipil.