Korban tewas di Gaza akibat perang Israel vs Hamas telah mencapai 34.000 jiwa hingga Sabtu (20/4/2024), dimana mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Otoritas kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas mencatat bahwa hampir 77.000 orang mengalami luka-luka, tanpa menghitung puluhan ribu orang yang diyakini tewas tertimbun di reruntuhan bangunan yang dibom.
Situasi suram ini terjadi ketika harapan akan gencatan senjata semakin menipis, sementara perhatian global tertuju pada serangan rudal dan drone yang berlangsung antara Iran dan Israel. Israel pun telah mengisyaratkan rencananya untuk melanjutkan operasi darat di Rafah selatan, satu-satunya wilayah Gaza yang belum diserang pasukan. Serangan udara pun terus terjadi, dimana pada Jumat malam sebuah rumah di Tel al-Sultan barat Tel al-Sultan dihantam oleh serangan, menewaskan sembilan orang.
Reaksi terhadap potensi operasi darat Israel di Gaza pun berdatangan, dimana Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa Israel harus memiliki rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil sebelum memasuki Rafah. Para menteri luar negeri dari negara-negara G7 juga menentang operasi militer skala penuh, mengingat tindakan tersebut akan berdampak besar pada warga yang berada di sana.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa empat brigade pejuang Hamas bersembunyi di Rafah dan harus dihadapi. Ia berjanji untuk “menghancurkan” kelompok tersebut setelah serangan lintas perbatasan yang terjadi pada 7 Oktober, dimana militan Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 250 orang.