portalberitamerdeka.co portal update harian berita tentang kriminal, artis, trend, olahraga, geopolitik, partai gerindra, prabowo subianto
Berita  

Penelitian Mengungkap Adanya Populasi Kecoak di Bumi sebagai Dampak dari Aktivitas Manusia

Penelitian Mengungkap Adanya Populasi Kecoak di Bumi sebagai Dampak dari Aktivitas Manusia

Mereka mengambil sampel DNA dari 281 kecoak di 17 negara di seluruh dunia, kemudian membandingkan urutan DNA untuk satu wilayah genetik tertentu yang disebut CO1. Hal ini kemudian dikenal sebagai “barcode DNA”.

Ketika mereka membandingkan kecoak Jerman dengan spesies yang sama dari Asia, mereka menemukan kecocokan. Urutan kecoak Jerman hampir identik dengan Blattella asahinai dari Teluk Benggala.

Ditemukan lebih dari 80% sampel kecoak Jerman sangat cocok, sisanya, 20% nyaris tidak ada bedanya. Ini berarti kedua spesies ini terpisah satu sama lain hanya 2.100 tahun yang lalu. Termasuk waktu yang sangat cepat dalam hal evolusi.

Dari Teluk Benggala ke Seluruh Dunia

Awalnya, mereka menduga B. asahinai (Kecoak dari Asia) beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan manusia setelah para petani menghancurkan habitat alaminya, seperti yang dilakukan oleh spesies lain jika dihadapkan dengan situasi yang sama.

Jadi, nenek moyang B. asahinai pindah dari ladang India ke gedung-gedung dan menjadi bergantung pada manusia. Tapi bagaimana cara mereka menyebar ke seluruh dunia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mereka melakukan analisis terhadap satu set urutan DNA lain dari beberapa genom kecoa.

Mereka mempelajari urutan DNA yang dikenal sebagai SNP (polimorfisme nukleotida tunggal). Dengan menggunakan sampel dari 17 negara di enam benua mereka menemukan bagaimana kecoak Jerman menyebar dari negara aslinya ke seluruh dunia.

Gelombang migrasi pertama muncul dari Teluk Benggala (bagian timur laut Lautan Hindia) sekitar 1.200 tahun yang lalu dan bergerak ke arah barat.

Kemungkinan kecoak-kecoak ini ikut bersama para pedagang dan tentara dari Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah yang sedang berkembang saat itu.

Gelombang berikutnya bergerak ke arah timur sekitar 390 tahun yang lalu ke Indonesia. Mereka mungkin melakukan perjalanan dengan perusahaan dagang Eropa, seperti Perusahaan Hindia Timur Inggris atau Perusahaan Hindia Timur Belanda. Beberapa perusahaan tersebut berdagang melintasi Asia Tenggara dan kembali ke Eropa sejak awal abad ke-17.

Exit mobile version