portalberitamerdeka.co portal update harian berita tentang kriminal, artis, trend, olahraga, geopolitik, partai gerindra, prabowo subianto
Berita  

Mengenal Bintang Janus, Bintang Si Muka Dua

Mengenal Bintang Janus, Bintang Si Muka Dua

Bintang Janus: Kisah Tentang Katai Putih Bermuka Dua

Liputan6.com, Jakarta – Bintang Janus merupakan salah satu katai putih yang belum lama ini diamati para astronom. Nama bintang mati ini terinspirasi dari Dewa Romawi kuno, Janus.

Penamaan Bintang Janus bukan tanpa alasan, bintang ini terilhami oleh sosok dewa bermuka dua yang digambarkan secara harafiah, dengan satu wajah menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang. Sosok Janus dianggap sebagai dewa yang melambangkan transisi dan dualitas.

Hal itu pun juga tampak pada bintang katai putih yang disebut para astronom ‘bermuka dua’ ini. Melansir laman Space pada Selasa (06/08/2024), Bintang Janus adalah katai putih yang terdiri dari satu sisi hidrogen dan helium di sisi lainya.

Bintang katai putih Janus ditemukan menggunakan Zwicky Transient Facility di Observatorium Palomar, Caltech, yang ada di dekat San Diego. Kemudian diikuti dengan pengamatan oleh teleskop-teleskop lain yang berbasis di bumi.

Para ahli menjelaskan, setelah bintang katai putih terbentuk, maka unsur-unsur yang lebih berat diperkirakan akan tenggelam ke dalam inti bintang. Sedangkan unsur-unsur yang lebih ringan, seperti hidrogen dan helium, akan melayang-layang ke atas permukaan.

Struktur berlapis ini diyakini hancur pada tahap tertentu dalam evolusi bintang katai putih ketika terjadi penggabungan yang kuat antara hidrogen dan helium. Menurut ahli, Janus bisa jadi merupakan katai putih yang berada di tengah-tengah proses transisi pencampuran ini.

Namun, ada kemungkinan prosesnya dengan perkembangan yang membingungkan karena satu sisi merupakan hidrogen dan sisi lainnya adalah helium. Lantas, bagaimana dua sisi berbeda bisa muncul pada bintang Janus?

Para peneliti menduga, medan magnet bintang katai putih tersebut kemungkinan yang bertanggung jawab atas asimetri tersebut. Jika medan magnet di satu sisi lebih kuat dibandingkan sisi lainnya, seperti yang sering terjadi pada objek-objek langit, maka salah satu sisi akan mengalami lebih sedikit pencampuran elemen, menjadi lebih berat hidrogen atau helium.

Exit mobile version