Megawati terakhir kali mengunjungi Rusia pada bulan September tahun lalu. Saat itu, dia memberikan kuliah umum di Universitas Saint Petersburg, di mana dia menyatakan bahwa hal fundamental yang tidak pernah berubah dalam hubungan Rusia-Indonesia adalah komitmen untuk hidup berdampingan secara damai.
Dalam kuliah umum bertajuk “Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru”, Megawati merangkum perjalanan panjang hubungan antara Indonesia dan Rusia.
Kuliah umum tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari Universitas Saint Petersburg serta para anggota fakultas dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas Saint Petersburg pada hari Senin, 16 September.
Megawati menuturkan bahwa kunjungannya ke Rusia menyimpan berbagai kenangan sejarah. Dia menyebut dua momen penting, yaitu kunjungan Dr. Ir. Soekarno ke Uni Soviet pada tahun 1956 dan kedatangan Presiden Rusia Nikita Khrushchev ke Indonesia pada tahun 1962.
Selain itu, Megawati juga mengingat pertemuan dengan Presiden Putin pada tahun 2001 dan 2003 selama masa kepemimpinannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Dia memperkuat kerja sama pertahanan antara kedua negara, termasuk pembelian pesawat tempur Sukhoi.
Megawati menekankan bahwa prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif tetap menjadi landasan dalam hubungan dengan Rusia. Prinsip ini diilhami oleh Pancasila dan mendorong Indonesia untuk tidak terlibat dalam aliansi blok pertahanan.
Dia menekankan bahwa politik luar negeri bebas aktif Indonesia didorong oleh sila kemanusiaan dan semangat anti penjajahan. Dengan falsafah Pancasila, Indonesia berkomitmen untuk membangun persaudaraan global, tatanan dunia yang damai, adil, dan mendorong kesetaraan antar bangsa.
