Persoalan suksesi perusahaan keluarga di India menjadi sorotan utama, dimana sekitar 90 persen perusahaan publik di negara tersebut adalah perusahaan keluarga. Namun, menurut survei PwC, hanya 63 persen dari perusahaan-perusahaan tersebut memiliki rencana suksesi formal. Hal ini menjadi perhatian karena sebagian besar bisnis keluarga di India seringkali beroperasi dalam ketidakpastian mengenai detail tertentu terkait kepemilikan, pewarisan, dan waktu suksesi. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan keluarga tanpa landasan meritokrasi dan perjanjian formal, yang membuat segalanya semakin rumit.
Perebutan warisan dalam perusahaan keluarga India juga seringkali mencuri perhatian publik. Contohnya adalah pertarungan antara Mukesh Ambani, orang terkaya di Asia, dengan adiknya terkait Reliance setelah sang ayah meninggal tanpa meninggalkan wasiat. Hal serupa juga terjadi dalam Raymond Group dan keluarga Lodha, dimana perseteruan suksesi mempengaruhi kinerja perusahaan dan harga saham.
Meskipun demikian, beberapa keluarga bisnis di India belajar dari pengalaman-pengalaman pahit dan mulai mengimplementasikan perencanaan suksesi yang kokoh. Keluarga Bajaj dan Godrej Group adalah contohnya, dimana mereka mulai merancang peta suksesi dan membangun dewan keluarga yang berfungsi dengan baik. Hal ini menjadi penting untuk mencegah konflik suksesi di masa depan dan memastikan kelangsungan bisnis jangka panjang.
Dengan demikian, penting bagi perusahaan keluarga di India untuk mempersiapkan suksesi dengan baik, membangun tata kelola yang kokoh, dan memberikan kesempatan pada generasi berikutnya untuk memimpin perusahaan pada waktu yang tepat. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan konflik suksesi yang merugikan perusahaan dan keluarga dapat dihindari.